Jendelah Rumah Sakit (8
Januari 2002)
DUA orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di
sebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita penyakit yang
mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam setiap sore untuk
mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat
di sisi jendela satu-satuny yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain
harus berbaring lurus di atas punggungnya.
Setiap
hari kedua pria itu bercakap-cakap. Membicarakan keluarga, rumah, pejerjaan,
dan ketelibatan mereka di ketentaraan, serta tempat-tempat yang pernah mereka
kunjungi selama liburan.
Setiap
sore, ketika diperbolehkan duduk, pria yang bangsalnya dekat jendela bercerita
tentang apa yang terlihat di uar jendela. Rekannya begitu senang. Ia begitu
bergairah membayangkan semua kegiatan dan warna-warna yang ada di luar sana.
“Di luar jendela,
ada sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang.
Anak-anak bermain dengan perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan
tangan menyusuri taman yang penuh bermacam bunga. Sebuah pohon tua besar
menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang
mempesona. Sesuatu senja yang indah,” tutur pria pertama dengan detil.
Pria lawan bicaranya
terbaring memejamkan mata. Ia membayangkan semua pemandangan itu. Perasaanya
menjadi lebih tenang. Cerita itu membuat hari-harinya di rumah sakit tidak
membosankan lagi. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat.
Di sore yang lain,
pria dekat jendela bercerita tentang parade karnaval yang sedang melintas.
Meski tidak mendengar, pria yang kedua dapat menyaksikan parade itu melalui
gambaran pria dekat jendela gengan kata-kata yang indah.
Begitulah
seterusnya. Dari hari ke hari, sati minggu pun berlalu. Suatu pagi perawat
datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati pria dekat jendela
itu tak bernafas. Ia perawat lain dan membawanya ke kamar jenazah.
Malihat bangsa
dekat jendela itu kosong, pria kedua meminta dipindahkan esana. Sang perawata menuruti
kemauannya dan mempersiapkan bangsal itu. Ketika semuanya selesai, ia pergi
untuk memanggil teman untuk membantu memindahkan sang pasien. Tapi, si pria,
sang pasien itu, tidak sabar. Dengan perlahan dan menahan sakit, ia memaksakan
diri bangun. Ia tak tahan lagi untuk bisa melihat keindahan dunia luar jendela
itu.
Jendela itu semakin
dekat. Pria itu semakin bersemangat. Hatinya berdebar-debar. Begitu tangannya
meraih bibir jendela, segera dipaksanya kepalanya melongok. Ia terkejut.
Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!
Ia memanggil
perawat. “Mengapa temanku bercerita seolah-olah melihat pemandangan yang luar
biasa indah di balik jedela ini?” tanyanya.
Si perawat
menjawab, sesungguhnya pria dekat jendela itu buta. Jangankan melihat
pemandangan, tembok di balik jendela itu tidak dilihatnya. “Barang kali ia
ingin memberimu semangat hidup,” kata
perawat itu bijak.
Teman, saya percaya
setiap kata selalu punya makna. Kata yang tepat mampu menelisik hingga sisi
terdalam hati manusia dan membuat yang mendengarnya tergerak. Tergerak untuk berbuat sesuatu. Itu
yang kita dapat dari cerita di atas.
Karena itu, saya
percaya kata-kata santun, sopan,penuh dengan motivasi, dan mendukung akan
memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Kata-kata seperti
itu akan selalu menghadirkan sisi terbaik hidup kita. Ada hal-hal yang
mempesonasaat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan
keburukan sebanding dengan setengah kemurahan. Namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.
Karenanya, saya
percaya, kita mampu menyampaikan sesuatu dengan ujaran santun dan sopan. Saya
percaya kita bisa.#
disarikan dari sumber nn
Inspirasikan setiap perkataan anda kepada orang yang anada kenal dan anda cintai
BalasHapus